Selasa, 03 Mei 2011

Diamlah!

"Aku benci ketika harus bercerita dan mereka berkomentar seakan mereka tahu segalanya. Belum lagi teori omong kosong yang tak masuk akal membuatku kian muak untuk terbuka. Apa sih yang mereka cari? Bukankah status fb temannya sudah habis dia buat mati gaya dengan segala komentar gak penting. Masih kurangkah? Atau dia perlu banyak kata untuk mendiskripsikan dirinya? Atau ini adalah cara untuk selalu dikenang?"

Teman menjadi barang langka bagi Mika. Dia lebih suka berdiam dan menafsirkan segalanya dalam pikiran. Tak ada yang tahu apa isi kepala anak aneh itu, begitu teman sekalas memanggilnya.

......

Mika adalah anak tunggal. Dia tinggal dengan kedua orang tuanya di sebuah kompleks perumahan elit. Ayahnya seorang pejabat negara, dan ibunya hanyalah seorang wanita tak berdaya di atas kursi roda. Hidup tidak ada yang sempurna, begitu juga Mika.

Setahun yang lalu, ibu Mika mengalami kecalakaan. Bukan kecelakaan hebat seperti yang kalian pikirkan. Peristiwa ini terjadi dalam kamar mandi hotel bintang 5 tempat ayah Mika menginap karena tugas. Entah lantai yang licin, sandal yang tipis, kurang hati-hati, atau mungkin doa rakyat (karena ayah Mika bukanlah pejabat yang bersih, begitu media mengatakannya), ibu Mika terpeleset dan mengakibatkan tulang ekornya patah. Dokter pun memvonisnya lumpuh seumur hidup.

Tidak hanya itu, kesempurnaan Mika kian tertepis oleh keadaan yang lain. Lumpuhnya ibu Mika berakibat pula pada kegiatan biologis mereka. Tak jarang Mika menjadi korban kenikmatan ayah kandungnya. Pada suatu malam, Mika tengah terbangun karena lapar. Dan mie instant menjawab keluhan perutnya. Saat panci mulai memanas dan mie terlihat mengembang, ayah Mika mendekap dari belakang. Mika terkejut. Setahunya dapur ini kosong, dan ayah Mika masih di luar kota.

"Ayah, kapan pulang?"
"Kapan pulang? Ayah tidak pergi."
"Tapi kata Ibu, Ayah pergi ke luar kota."
"Wanita tua! Pasti dia sedang mengigau bersama kursi rodanya."
"Ayah sedang apa di sini?"
"Ayah hanya tersadar kamu sudah dewasa dan sungguh cantik." Bokong anak SMA memang selalu aduhai. Apalagi jika dirawat dengan baik. Wajarlah jika ayah Mika tergoda meremasnya.
"Ayah!"
"Sudahlah, kau tak usah berlagak lugu. Kamu pikir dulu yang mandiin kamu waktu kecil itu siapa?"
"Ayah, hentikan!"
"Tenanglah sedikit gadis manis. Ayah hanya ingin memanjakanmu."
"Sadar, Ayah. Sadar! Ingat Tuhan!"
"Kau yang seharusnya ingat Tuhan! Anak yang baik harus berbakti pada orangtuanya! Turuti apa kata Ayah! Diamlah!"

Mika tak bisa berkutik. Bahkan suaranya tertahan di kerongkongan. Entah apa yang membuatnya bisu. Mika hanya takut semua jadi tahu, semua jadi kacau, dan malu. Mika hanya tak habis pikir kenapa Tuhan menciptakan iblis jika hanya mendustakan-Nya. Lalu kepada siapa Tuhan menitipkan rahasia? Tak ada yang bisa dipercaya.

"Lelaki itu yang dulu mensetubuhi ibuku. Hingga aku ada, dan disetubuhinya. Anjing! Sungguh nikmat! Dan aku tahu kenapa Ayah mensetubuhiku malam itu. Aku rindu getaran yang menggelikan selangkanganku, begitu juga Ayahku. Dan wanita tua itu telah busuk bersama kursi rodanya! Tak berguna. Dan aku menjalankan perintah-Mu, Tuhan. Aku berbakti pada keduanya. Kugantikan tugas Ibu untuk puaskan Ayah. Salahkah aku?"

......

"Dan aku tidak butuh orang-orang sok tahu! Karena Tuhan terlalu pandai dalam berskenario."

Begitulah Mika bercerita di akhir catatannya, bersama penyakit kelamin yang dibawa dalam kubur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar