Jumat, 18 Maret 2011

Aku Percaya, Tidak Ada yang Kebetulan di Dunia Ini

Aku menyukai malam, karena ketika itu Tuhan mengirim banyak rahasia. Satu per satu tentangmu mulai terbaca. Tentang apa saja yang aku tidak ketahui. Tentang apa saja yang selama ini kamu sembunyikan. Rasanya seperti bermain petak umpet. Lari, terengah-engah, dan berhenti.

Aku tidak tahu apa rencana Tuhan untukku padamu. Aku hanya tahu Tuhan coba memberikan aku jawaban atas teka-teki yang kamu buat. Aku pun mulai paham pada simbol-simbol yang kamu tunjukkan. Bahkan pada kata-katamu dan mereka. Semua utuh. Terangkai. Saling menyatu.

Silahkan menikmati pelayanan detektif ini!

Kamis, 17 Maret 2011 10.10 pm
Usai menyampaikan simpati kepada kawan kami yang mungkin saja sedang sendu (aku ragu, karena aktingnya untuk selalu tersenyum cukup hebat!), aku dan tiga yang lainnya pergi mengisi perut di warung redup yang kecil dekat kosku. Cukup kenyang. Ritual selanjutnya kami membalas apa yang diberikan bapak angkringan, 2 atau 3 lembar berharga. Kemudian aku pergi mengantar Yuni dan meneruskan ke kos Mbak Sinta untuk menyampaikan buletin. Padahal aku bermaksud menitipkan proker (buletin) itu pada Mbak Tina mantan staff persjur, tapi Tuhan memang punya rencana. Saat itu Mbak Tina sedang mudik dan aku pun mengalihkan pertolongan. Dari dialah sebuah rahasia akan menyambungkan lainnya.

Tidak perlu bertele-tele, karena aku sudah tidak tahu kata apa lagi yang harus dirangkai. Saat perbincangan malam itu, Sinta mengatakan bahwa Juki (mantan pacarku) akan menikah dengan perempuan dari Bandung. Berita itu tidak saja diasal olehnya, karena berita itu didapat dari teman baik Juki di kampus. Kaget? Terkejut? Walau aku tidak tahu kebenarannya, tapi aku meyakininya karena aku percaya naluriku.

Akan aku runtut kronologis siapa perempuan Bandung itu. Bagaimana Juki menyimpannya, dan bagaimana Tuhan begitu sempurna dengan skenarionya!

Pentunjuk 1
Ketika acara trip to refresh hima desember lalu, aku menemukan cerita lain tentangnya.
Mbak Arim: "Kamu jadian sama anak JMSJ ya, Jeng?"
Saya: "Ya, Mbak. Tapi dulu, sekarang sudah enggak. Kenapa?"
Mbak Arim: "Yang mana?"
Saya: "Ha, yang mana? Emang anak JMSJ di tempat kita banyak to?"
Mbak Arim: "Gak juga sih. Tapi ada dua isu aja? Sama Juki ya?"
Saya: "Iya sama dia"
Mbak Arim: "Ooo, berarti benar"
Saya: "Emang anak JMSJ lain yang digosipin sama aku siapa mbak?"
Mbak Arim: "Hehehehe, gak apa-apa kok dek. Bukannya Juki sudah punya pacar di Bandung ya?"
Saya: "Aku kurang tahu dulu pacarnya di mana. Tapi katanya sudah putus. Pacarnya yang dari SMA itu to? Yang udah 2 tahun?"
Mbak Arim: "Aku gak tahu kalo itu"

Petunjuk 2
Sebelum kami jadian, dia memang sempat pergi ke Bandung. Alasannya mencari beasiswa S2. Benar atau tidak, itu rahasianya. Setelah pulang, beberapa minggu kemudian kami berikrar.

Petunjuk 3
Usai hubungan kami. Jauh setelah kampus tak lagi mengikatnya, Dian mengatakan padaku bahwa dia mulai terbiasa untuk tidak merindukanku. Sumbernya adalah hasil chating mereka. Betapa bodohnya aku! Lantas untuk siapa selama ini aku menangis menjadi koala? Untuk siapa aku terdiam melihat jutaan kenangan dalam kampus, dalam Jogja? Cukup, tidak lagi aku memikirkanmu!

Petunjuk 4
Entah iseng atau memang Tuhan yang merancang, aku membuka fbnya. Aku bukan lagi temannya. Aku diremove! Siapa pelakunya? Hacker atau dia? Karena memang beberapa teman di fbku terhapus tanpa tahu dalangnya.

Petunjuk 5
Kejadian fb itu meyakinkan aku untuk melupakannya dan tidak lagi berharap. Aku menyerah. Mungkin ini cara dia melupakan aku. Dan aku sadar aku tak perlu lagi memikirkannya, toh dia menghapusku. Kenapa aku harus bersedih sendiri. Dan sekali lagi, dia pasti punya alasan, dia punya rahasia. Nomor hp dan fotonya tak lagi aku simpan, karena aku memang butuh waktu untuk mensterillkan diri. Tapi kenapa, setelah keyakinanku itu, Tuhan mempertemukan kami. Dan aku tahu, itu disengaja! Tidak mungkin 2 angkringan yang kami (Kuncoro dan Montana) kunjungi kehabisan nasi. Helloooo, ini masih jam 7 malam! Angkringan akhir pun jatuh di depan gerbang Klebengan. Tempat inilah yang kemudian membuatku dan Juki saling menatap heran. Tidak mungkin! Dia? Kenapa bisa?

Petunjuk 6
Malamnya dia menelponku. Minta bertemu dan berbicara tentang hubungan yang aku pun gak tahu harus mengatakan apa status kami kini.

Petunjuk 7
Kami bertemu. Beda! Tidak ada kata yang cukup banyak. Canggung. Tidak nyaman. Basa-basi itu tentu, tradisi. Sampai pada keputusan aku dan dia. Aku menyerah atas hubungan ini. Tidak jelas! Aku tidak peduli apakah kami jarang bertemu atau tidak, aku hanya butuh status! Siapa aku? Dan seberapa kadar kangenku untukmu nanti. Aku butuh kejelasan itu. Tapi tidak, aku tidak mendapatkannya. Aku sadar sedari dulu kami memang berbeda, cukup berbeda dan membuat kami sering tidak sinkron. Aku lelah mengkhawatirkanmu, mencemaskanmu, merindukanmu, dan menangis untukmu. Aku akui aku sayang, dan mungkin hingga kini. Tapi aku tidak bisa memintamu untuk selalu bersamaku. Aku tahu, kamu tak ingin. Aku tahu kamu memiliki yang lain. Karena aku perempuan dan aku punya rasa itu untuk melihatnya dari matamu. Dan karena cinta tidak bisa dipaksa. Aku tahu kepetusan ini berat, tapi aku bisa. Aku hanya belum terbiasa. Dan aku harus yakin aku akan terbiasa.


Petunjuk 8
Berjalan sebulan, aku mulai sanggup tersenyum meski terkadang palsu. Meski aku masih mengingatnya. Aku tahu waktu itu masih singkat dan aku terlalu banyak berharap. Tapi, lagi-lagi Tuhan dengan caranya yang unik memberiku satu rahasia lagi tentangnya. Fb, dunia yang masih asik untuk digeluti. Aku melihat siapa saja yang sedang chat dan aku melihat kakak angkatan sedang OL. Aku berkunjung ke wallnya, dan disitulah aku melihat fb Juki dengan foto profil yang lain. Cukup berani untuk membuka lagi fb Juki setelah aku tidak menjadi temannya. Aku melihat dia memeluk seorang perempuan di tengah pantai. Romantis! Gaya yang hampir sama saat aku berfoto dengannya di perempatan BI. Miris! Sakit! Dan kemudian, aku tidak asing dengan perempuan itu. Mungkin ini alasan kenapa dia menghapusku. Untuk rahasianya. Untuk hatiku yang mungkin akan terluka.

Petunjuk 9
Ada banyak foto yang dia pajang dalam galeri kos. Ada satu foto yang menarik. Seorang perempuan manis, berjilbab merah maroon. Aku berpikir mungkinkah itu adeknya? Entahlah. Hanya saja mataku selalu tertuju padanya. Juki pernah bilang bahwa perempuan itu adek sepupunya di Bandung. Aku percaya karena ketika itu aku dimabuk asmara. Foto itu mirip dengan perempuan yang kini dia peluk dalam foto profil fbnya. Mungkinkah Tuhan sengaja menujukan mataku padanya, agar suatu saat aku akan mengerti ketika Tuhan mengirim aku simbol yang lain?

Petunjuk 10
Dari beberapa pengalaman antara aku dan dia yang menemani kami berjalan, ada satu kisah tentang dia dan masa lalunya. Sejak SMA dia memiliki kekasih dan sudah berjalan selama 2 tahun. Aku tidak tahu di mana saat itu kekasihnya, dan aku tidak bisa memberi tahu alasan apa yang kemudian membuat mereka putus. Aku rasa itu waktu yang lama, dan aku membayangkan bagaimana perasaan mereka yang pasti masih lekat.

Petunjuk 11
Juki pernah mengatakan bahwa foto mantannya masih terpampang dalam galeri kosnya. Tapi aku tidak pernah menanyakan yang mana, karena aku ingin itu menjadi rahasianya saja. Atau mungkin aku takut cemburu. Tapi sekali lagi, mataku terus tertuju pada perempuan itu.

Petunjuk 12
Ketika dia bersandar, dia mengatakan bahwa mantannya menelpon dan mengajak balikan. Rasanya waktu berhenti sebentar. Aku tidak tahu apakah itu kabar baik atau kabar buruk. 2 tahun, bukan waktu yang singkat untuk bisa melupakan seseorang yang begitu berarti. Aku mengerti, dan aku suka moment itu. Aneh, tapi saat itu aku merasa dekat dengan Juki. Dan saat itulah yang aku rindukan sampai saat ini.

Sekali lagi, tidak ada kebenaran yang bisa kalian dapatkan di sini. Rangkaian itu hanyalah emosi. Hanyalah keyakinanku pada sebuah felling, sebuah naluri, dan sebuah perasaan. Dan aku percaya tidak ada sebuah kebetulan di dunia ini, karena setiap gerak pun adalah perintah Tuhan. Aku mengakui keEsaan-Mu ya Tuhan! Aku akui cerita ini begitu hebat! Terimakasih untuk semua inspiras-Mu.

Dan kini aku hanya berharap, jika dialah perempuan yang Engkau janjikan. Jika dialah jawaban atas doaku selama ini, maka izinkanlah hamba untuk mengikhlaskannya, Tuhan. Izinkanlah hamba untuk mengikhlaskannya. Jadikan pernikahan mereka adalah pernikahan yang Engkau rindukan, sebuah pernikahan yang bahagia. Berikan pula padanya kesejukkan hati, kasih, dan sayang yang tak pernah didapatkannya dariku. Dan sampaikan perasaanku ini lewat kelembutan perempuan itu. Aku merestui mu.

Dan aku mohon Tuhan, berikan pula aku kebahagiaan lewat cinta yang kini kau rahasiakan. Cinta yang menguatkanku, cinta yang mendewasakanku, dan cinta yang mengimankanku pada-Mu. Saat itu tiba, aku akan tersenyum bersama angin senja, di bawah daun yang berguguran.

1 komentar:

  1. tolong diam! karena aku tak ingin dikasihani. biarkan ini berlalu dan menjadi cerita baru, besok!

    terimakasih

    BalasHapus