Sabtu, 05 Februari 2011

Gas Beracun

Sampai juga di penginapan. Sungguh sangat kangen merebahkan badan di atas ranjang. Aku mendapatkan teman sekamar dengan Dian, Brino, Eni Excelent, dan Ninda. Yaa, agak sedikit aneh memang karena teman-teman sekamar bukan pilihan kami melainkan panitia. Tak apa, toh kita juga tetap merasa nyaman. Panitia pun menjelaskan bahwa susunan orang tersebut hanya formalitas saja, diperkenankan bagi yang merasa kesempitan atau tidak cocok untuk pindah kamar, asalkan masih satu spesies atau sejenis kelamin.

Kami berlima pun menyulap kamar yang sempit agar dapat menampung lima bagong gede (kecuali Ninda). Dua kasur yang terpisah, dipepet menjadi satu dan koper2 diatur rapi. Dalam hitungan menit selesai sudah desain interior baru kamar 207. Anak-anak dari kamar lain, khususnya genk populer sering bertengger di kamar kami, dan di sinilah tragedi mematikan terjadi.

Situasi:
Eni mengerok Ninda yang masuk angin, Nitul nonton tv, Ajeng tiduran, dan anak-anak lain (Brino, Dian, Listi, Rizka, Rifa, Ayuk) bermain kartu.

Kronologi kejadian:
Dampak kehujanan dan AC yang dingin dalam bis, membuat perut Ajeng a.k.a saya sendiri merasa tak enak. Sebagai warga Indonesia yang sopan dan santun, saya pun meminta izin untuk kentut. Entahlah mereka menanggapi atau melarang (saya sendiri lupa), bokong ini langsung saja bernafas seenaknya. Awalnya sih biasa saja, selang beberapa detik tercium bau septitank yang luar biasa! Kamar 207 pun gempar! Jendela kamar dibuka, dan para wanita cantik itu berebut nafas bagaikan ikan koi yang diangkat dari akuarium.  Sementara tiga perempuan lain, termasuk saya, memilih keluar kamar mengamankan hidung. Jeritan genk populer membuat kamar lain penasaran, dan membeberkan rahasia kentut beracun tersebut. Dalam hitungan menit bau menghilang dan aktivitas kembali normal.

NB: semenjak kejadian tersebut, saya dilarang kentut!

1 komentar: